🦠Alih Fungsi Hutan Menjadi Pertanian Dan Perkebunan Banyak Dijumpai Di
deforestasidan alih fungsi lahan hutan (Koneri, 2008). Oleh karenanya kekayaan spesies kupu-kupu yang hutan karet, kebun kelapa sawit dan lokasi-lokasi wisata. Keempatnya dipilih karena merupakan jenis- pola yang umum dijumpai di berbagai tempat lain. Menurut Corbet & Pendlebury (1992) jumlah spesies yang terhimpun dalam famili ini
Alihfungsi lahan hutan adalah perubahan fungsi pokok hutan menjadi kawasan non hutan seperti, pemukiman, areal pertanian dan perkebunan. Hal tersebut mengakibatkan semakin menipisnya lahan hutan.
Lahangambut di Indonesia terbanyak dijumpai di Sumatera (35 persen), Kalimantan (30 persen), dan Papua (30 persen). 14 NOVEMBER 2008. Tidak ada komentar: atau luasnya kerusakan lahan gambut akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan HTI. Tingginya pencemaran di aliran Sungai Siak –yang selama ini diributkan
KATAPENGANTAR. Bismillahirrahmanirrahiim. Segala puji hanya untuk Allah Rabb seluruh alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya semata kami telah menyelesaikan makalah “Sistem Pertanian Terpadu dan Agroforestri di desa Pungkur Kalimantan Barat” tepat pada waktunya.
Dampaknyajuga berupa pendangkalan sungai. Kerusakan hutan diebabkan oleh beberapa kegiatan manusia, antara lain pembelakan liar dan penambangan liar. Kerusakan hutan juga banyak terjadi akibat kebakaran hutan, alih fungsi hutan menjadi kebun kelapa sawit, pertambangan batu baru, dan penambangan emas liar.
Tingkatkonversi atau alih fungsi lahan sawah di Bali pada umumnya untuk kepentingan bukan pertanian (pariwisata, permukiman, industri kecil, dan prasarana bisnis), saat ini sudah berada di tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Konversi lahan sawah di Bali banyak terjadi di Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan.
Alihguna hutan menjadi perkebunan menunjukkan dampak yang sangat besar terutama terhadap kerusakan lingkungan dan terjadinya kerusakan tanah. Kerusakan tanah adalah menurunnya fungsi tanah, baik sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan maupun sebagai tempat akar untuk menjalar dan sebagai tempat air tersimpan (Arsyad, 2006). Menurut Suprayogo
SelainJawa, alih fungsi hutan menjadi pertanian dan perkebunan juga banyak dijumpai di Sumatra dan Kalimantan. Namun demikian, kita masih dapat menemui sebaran hutan yang masih luas di Sumatra dan Kalimantan. Hal ini karena kepadatan dan jumlah penduduk kedua pulau tersebut yang lebih rendah dari Jawa, sehingga pemanfaatan area hutan di kedua
Yangmenjadi pertanyaan adalah mengapa dalam perubahan status baik perubahan peruntukan maupun perubahan fungsi kawasan hutan selalu mengedepankan kepentingan ekonomis, misalnya karena ada potensi tambang di dalam kawasan atau akan diperuntukan atau dikonversi menjadi lahan perkebunan, untuk pemanfaatan menjadi tempat wisata massal dan
C9Df9. Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia Sebuah adegan dalam panil porselen HVA yang menggambarkan kesibukan kuli di perkebunan sawit zaman Hindia Belanda. beberapa dekade terakhir, kawasan hutan luas di Sumatera, Indonesia, telah dialihfungsikan menjadi perkebunan tanaman komersial seperti perkebunan kelapa sawit dan karet. Hasil studi yang diterbitkan di jurnal Biogeosciences pada 2017 lalu menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan ini meningkatkan suhu di wilayah tersebut. Pemanasan tambahan dapat mempengaruhi tumbuhan dan hewan dan membuat wilayah Indonesia itu lebih rentan terhadap kebakaran hutan. Minyak sawit yang merupakan produk utama dari kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, muncul dalam daftar bahan di banyak barang konsumen, mulai dari cokelat hingga sabun. Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia telah membiarkan sebagian besar hutan hujannya ditebangi dan digantikan oleh perkebunan kelapa sawit dengan laju yang melebihi Brasil. Hasil studi yang dari sebuah tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Clifton Sabajo dan Alexander Knohl dari University of Göttingen di Jerman ini, menemukan bahwa ekspansi kelapa sawit dan tanaman komersial lainnya di Sumatera telah membuat suhu di wilayah tersebut jadi lebih panas. Donny Fernando/National Geographic Indonesia Hilangnya keanekaragaman hayati akibat masifnya perkebunan sawit. Tak jarang memicu kekeringan dengan dampak akhir kebakaran hutan. Bila tidak diperhatikan, pemanasan suhu global kian tak terkendali. "Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kebun tanaman komersial seperti perkebunan kelapa sawit dan karet tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati dan cadangan karbon, tetapi juga memiliki efek pemanasan permukaan, menambah efek perubahan iklim," kata Knohl yang merupakan profesor di bidang bioklimatologi, seperti dilansir EurekAlert!. Tim peneliti mempelajari perbedaan suhu permukaan untuk berbagai jenis tutupan lahan, seperti hutan, lahan tebang habis, dan perkebunan tanaman komersial, di provinsi Jambi, Sumatera. Mereka menggunakan data satelit yang dikumpulkan antara tahun 2000 dan 2015 oleh Landsat NASA dan instrumen MODIS, serta data yang dikumpulkan di lapangan. Baca Juga Fakta yang Perlu Anda Tahu Seputar Jatuhnya Meteorit di Lampung Tengah Yunaidi Joepoet Api perlahan membakar hutan yang berbatasan langsung dengan perkebunan sawit di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Mereka menemukan bahwa pembukaan lahan tebang habis lebih hangat hingga 10 derajat Celsius daripada lahan perhutanan. "Lahan tebang habis adalah fase antara hutan dan jenis tutupan lahan lainnya, seperti perkebunan skala kecil [pertanian keluarga skala kecil] atau perkebunan komersial," ujar Sabajo, peneliti utama dalam studi ini yang kala itu masih merupakan mahasiswa PhD di University of Göttingen. Adapun suhu perkebunan kelapa sawit dewasa adalah sekitar 0,8 derajat Celsius lebih hangat dari pada hutan, sedangkan perkebunan kelapa sawit muda lebih hangat 6 derajat Celsius. “Perkebunan kelapa sawit muda memiliki daun yang lebih sedikit dan lebih kecil serta kanopi yang terbuka, sehingga menghasilkan lebih sedikit air. Selain itu, tanah menerima lebih banyak radiasi matahari dan lebih cepat kering,” jelas Sabajo. Sabajo mengatakan suhu permukaan di hutan lebih rendah daripada di perkebunan kelapa sawit dan pembukaan lahan terutama karena "pendinginan evaporatif", yang mirip dengan proses yang mendinginkan kita saat kita berkeringat. Ada lebih banyak penguapan dan transpirasi air dari tanaman dan tanah ke atmosfer di hutan daripada di lahan yang ditebang habis atau perkebunan kelapa sawit muda, yang berarti tanah lebih sejuk untuk jenis tutupan lahan tersebut. Baca Juga Lahan Gambut Tropis Tertua di Dunia Ditemukan di Pedalaman Kalimantan PROMOTED CONTENT Video Pilihan
alih fungsi hutan menjadi pertanian dan perkebunan banyak dijumpai di